Jejak Usaha Megawati Bersama Pdi Perjuangan

Jejak Perjuangan Megawati Bersama PDI PerjuanganFoto: Laily Rachev/Biro Pers Setpres

Jakarta -Wacana terkait pergantian ketum PDIP berhembus. PDIP mempercepat jadwal kongres partai ke Agustus 2019. Apakah Megawati Soekarnoputri akan pensiun sesudah 26 tahun memimpin PDIP?

PDIP terakhir kali melakukan kongres pada 2015. Saat itu, dalam Kongres IV, PDIP secara aklamasi kembali mengukuhkan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum 2015-2020. Jabatan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketum PDIP seharusnya gres berakhir pada 2020.



Ketua DPP PDIP, Hendrawan Supratikno menjawab alasan kenapa kongres dipercepat. Menurutnya, hal tersebut akan dijelaskan oleh Sekjen PDIP.

"Harmonisasi jadwal aktivitas internal dan eksternal partai. Pak Sekjen akan menjelaskan hal-hal yang melatarbelakangi harmonisasi tersebut," kata Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno menjawab alasan jadwal Kongres PDIP dipercepat, Kamis (13/6/2019).

Hendrawan tak menjawab tegas ketika ditanya apakah Kongres PDIP akan memunculkan regenerasi pengurus partai. "Kejelasan kongres dicek kepada Sekjen," sebut Hendrawan merujuk pada nama Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto.



Sementara itu, Sekretaris Badan Pendidikan dan Pelatihan DPP PDIP Eva Kusuma Sundari menjawab diplomatis ketika ditanya apakah ada pemilihan ketum dalam kongres PDIP yang dipercepat pada pertengahan 2019 ini. Menurutnya, kongres tiap partai selalu mengagendakan pemilihan ketum baru.

"Biasanya kan memang kongres itu untuk menentukan ketum. Itu memang kongres di mana pun partai kan tujuannya itu. Perkara siapa yang akan dipilih nggak mudeng," sebut Eva.

Sekilas Jejak Megawati Bersama PDIP

Dalam buku Biografi Presiden dan Wapres RI susunan Muhammad El Brahimy disebutkan, Megawati mempunyai nama lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri. Megawati lahir di Yogyakarta pada 23 Januari 1947. Dia merupakan anak dari pasangan Presiden RI Pertama Soekarno dan Fatmawati.

Megawati menghabiskan pendidikan dasar dan menengahnya di Cikini, Jakarta. Megawati melanjutkan kuliah di Fakultas Pertanian, Universitas Padjajaran (1965-1967). Di kampus inilah Megawati mulai mencar ilmu berorganisasi lewat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Kemudian, Megawati pindah ke Fakultas Universitas Indonesia (1970-1970). Namun, Megawati tak menamatkan pendidikannya di kedua kampus tersebut tanpa diketahui alasannya.

Tapi pada tahun 1970 Megawati memang sedang dirundung duka. Ayahnya, Soekarno meninggal pada tahun ini. Ketika Megawati gres saja berusia 23 tahun. Lalu, ketika usianya menginjak 39 tahun, ia melanjutkan jejak ayahnya. Megawati masuk politik dan menjadi pengurus PDI Jakarta Pusat, tahun 1986. Megawati sempat dipandang sebelah mata alasannya yakni ketika itu Megawati masih pendiam. Mega dianggap hanya memanfaatkan kekuatan trah Soekarno saja. Mega mengambarkan hal itu salah, ia menjadi anggota dewan perwakilan rakyat RI periode 1987-1992.

Semenjak itu, karir politik Megawati melejit. Tahun 1993 Megawati terpilih menjadi Ketua Umum DPP PDI. Masih merujuk buku yang sama, disebutkan ada kisah menarik di balik terpilihnya Megawati sebagai Ketum. Mulanya, kongres PDI 1993 yang diselenggarakan di Medan tak menghasilkan keputusan apapun. Namun, ketika itu pemerintah Orde Baru mendukung Budi Harjono untuk jadi Ketum PDI menggantikan Soerjadi. Pada kongres luar biasa di Surabaya, Megawati menang. Keputusan ini dikuatkan pada Musyawarah Nasional PDI di Jakarta.

Pemerintah Orde Baru (Orba) tak rela Megawati jadi ketum PDI. Maka lewat Fatimah Ahmad Cs, digelarlah Kongres Medan 1996 untuk mengembalikan Soerjadi sebagai Ketum PDI. Tapi Mega tak mengakui kongres tersebut.



Pemerintah Orba pun mengatur siasat dengan membuat dualisme kepimimpinan pada badan PDI. Berdasarkan kongres yang digelar 20 sampai 23 Juni 1996 di Medan, Soerjadi terpilih menjadi Ketua Umum PDI.

Lantas, dualisme kepimpinan dalam badan PDI ini berlanjut menjadi konflik antar pendukung ketum pada tahun 1996. Kejadian itu terjadi tepatnya pada 27 Juli 1996 atau dikenal sebagai kejadian Kudatuli yang merupakan kependekan dari tanggal kerusuhan. Para pendukung tiap ketum saling bentrok di kantor DPP PDI, Jalan Diponegoro 58, Menteng, Jakarta.

Karena bentrokan semakin massif, pengaruh kerusuhan meluas di beberapa daerah di Jakarta, ibarat di Salemba dan Kramat. Akibatnya beberapa kendaraan dan gedung di sekitar wilayah tersebut terbakar alasannya yakni agresi kerusuhan. Pemerintah Orba menuding beberapa kelompok pro demokrasi bertanggung jawab atas kejadian ini. Namun, Megawati masih duduk di pucuk kepemimpinan PDI.

Meskipun begitu, Megawati tetap tak direstui Pemerintah Orba. Maka PDI pimpinan Mega risikonya gagal ikut Pemilu 1997. Saat Orba tumbang, PDI pimpinan Megawati menguat lagi. Kemudian, partai ini mengubah namanya menjadi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).

Pemilu 1999, PDIP menang. Megawati muncul sebagai calon terkuat Presiden. Tapi Sidang Umum MPR justru memenangkan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Presiden. Megawati jadi wakilnya. Kendati demikian, ternyata posisi Wapres justru jadi kerikil loncatan Megawati untuk jadi Presiden. Pada 23 Juli 2001 secara aklamasi, anggota MPR menentukan Megawati menjadi Presiden menggantikan Gus Dur. Megawati menjabat sebagai Presiden sampai 20 Oktober 2003. Selanjutnya, Presiden dipilih pribadi oleh rakyat melalui pemilu.



Pada 2004, Megawati maju sebagai calon presiden berpasangan dengan Hasyim Muzadi. Tapi Megawati kalah. Posisi presiden itu justru dimenangkan oleh mantan menterinya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Lalu pada 2009, ia mencalonkan dirinya lagi sebagai capres, berpasangan dengan Prabowo Subianto. Namun, lagi-lagi dirinya kalah dari SBY.

Meskipun gagal dua kali menjadi Presiden, Megawati dianggap telah berjasa dalam karir politik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dialah yang menunjuk Jokowi pada Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 sebagai calon presiden. Megawati juga telah berkali-kali mengantarkan PDIP menang dalam Pemilu. yakni pada Pemilu 1999, Pemilu 2014 dan Pemilu 2019 versi situng KPU. Meskipun Pemilu 2004 dan 2009 PDIP tidak menang, namun partai itu masuk peringkat tiga besar.

Sumber detik.com

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Belum ada Komentar untuk "Jejak Usaha Megawati Bersama Pdi Perjuangan"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel